Pernah merasa rambut tiba-tiba rontok lebih banyak dari biasanya saat sedang tertekan atau kelelahan mental? Rambut rontok karena stres bukanlah mitos. Kondisi ini bisa menyerang siapa saja dan seringkali muncul tanpa peringatan. Meskipun terlihat sebagai masalah fisik, kerontokan rambut ini sebenarnya sangat berkaitan erat dengan kondisi emosional.
Fase kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang tercinta, beban pekerjaan yang berlebihan, atau perubahan besar dalam hidup bisa memicu kerontokan rambut yang signifikan.
Hubungan Antara Stres dan Siklus Rambut
Rambut manusia memiliki siklus pertumbuhan alami: fase pertumbuhan (anagen), fase transisi (catagen), dan fase istirahat (telogen). Ketika seseorang mengalami stres berat, tubuh akan melepaskan hormon kortisol dalam jumlah tinggi. Hormon inilah yang kemudian “memaksa” banyak helai rambut berpindah lebih cepat ke fase telogen, alias fase istirahat.
Akibatnya, dalam waktu beberapa minggu hingga bulan, rambut akan mulai rontok lebih banyak dari biasanya. Kondisi ini dikenal sebagai telogen effluvium, dan biasanya terjadi secara menyeluruh di kulit kepala, bukan hanya di satu titik.
Tidak Hanya Psikologis, Dampaknya Bisa Fisik
Saat stres berkepanjangan, tubuh juga cenderung mengalami gangguan metabolisme dan pola makan tidak teratur. Kekurangan asupan zat gizi penting seperti protein, zat besi, dan vitamin B kompleks bisa memperparah kondisi rambut yang sudah rapuh. Jadi, rambut rontok karena stres bukan hanya disebabkan oleh tekanan mental, tapi juga karena tubuh tidak mampu menyediakan “bahan bakar” yang dibutuhkan rambut untuk tumbuh sehat.
Selain itu, orang yang sedang stres cenderung tidur tidak nyenyak dan mengalami gangguan hormonal, dua faktor yang turut mempengaruhi kesehatan rambut. Tidak jarang, rambut jadi terasa lebih kering, kusut, atau muncul ketombe yang memperparah kondisi kulit kepala.
Bentuk Kerontokan yang Sering Terjadi
Kerontokan karena stres umumnya muncul dalam bentuk:
- Rambut rontok saat disisir atau keramas, dalam jumlah lebih banyak dari biasanya.
- Penipisan rambut secara merata, terutama di bagian atas kepala.
- Munculnya area yang terlihat lebih jarang rambut, meski tidak sampai botak total.
- Tekstur rambut berubah, menjadi lebih mudah patah, kasar, dan kehilangan kilau.
Yang membuatnya sering sulit dikenali, kerontokan ini tidak langsung terjadi saat stres melanda. Bisa saja efeknya baru terasa 1–3 bulan setelah masa stres berakhir. Karena itu, banyak orang tidak menyadari bahwa pemicunya adalah stres.
Rambut Rontok Bisa Jadi Cerminan Pikiran yang Lelah
Rambut rontok karena stres adalah sinyal tubuh yang sebaiknya tidak diabaikan. Ketika pikiran terus-menerus berada dalam tekanan, tubuh ikut menanggung akibatnya, termasuk rambut. Meski kondisi ini biasanya tidak permanen, tetap penting untuk memberi perhatian lebih pada kesehatan kulit kepala dan rambut selama masa pemulihan.
Sebagai bagian dari perawatan harian, kamu bisa memilih sampo yang lembut namun efektif untuk merawat rambut yang sedang rentan. Salah satu pilihannya adalah Elumor Bubble Gum Shampo 200ml. Dengan aroma manis yang menyegarkan, sampo ini membantu mengurangi kerontokan, melembutkan dan menghidrasi rambut, serta menjaga kesehatan kulit kepala agar bebas ketombe dan mencegah rambut bercabang. Formula lembutnya cocok untuk rambut yang sedang rapuh karena tekanan emosional.
Merawat rambut bukan hanya soal penampilan, tapi juga bentuk kepedulian terhadap diri sendiri. Saat tubuh dan pikiran sedang lelah, beri ruang untuk pulih—mulai dari kepala.

